Sabtu, 24 Juli 2010
Pendar Mutiara di Negeri 5 Menara
Oleh : Ayu Indayanti Ismail*
MEMBACA novel “ Negeri 5 Menara “ membuatku terasa membuka sekumpulan kenangan indah dan penuh makna selama menimba ilmu di Pondok Pesantren Darul Ulum Jombang Jawa timur yang tak jauh beda dialami keenam “menara” yang merupakan tokoh utama novel ini. Bagaimana kita harus mampu menemukan hikmah yang seringkali terkaburkan karena prasangka berlebihan melahirkan keterasingan dan keterpaksaan “sesaat” yang justru timbul karena ketidaktahuan melingkupi diri.
Itu jugalah kiranya yang dialami penulis, Ahmad Fuadi, selama meracik untaian kata, deretan kalimat menjadi sekumpulan kisah inspiratif penggugah jiwa, pembangkit semangat untuk berani bermimpi, melejitkan potensi, mengukir prestasi dalam rengkuhan ke-Maha Rahman dan Rahiim-MU ya Allah.
Mutiara Sastra
Gaya bercerita yang mengalir apa adanya mampu mengubah serangkaian kisah yang sebenarnya biasa menjadi dramatis sekaligus mengundang gelak tawa sehingga mampu memberikan kesan dan pesan mendalam bagi pembaca dengan tetap memperhatikan pemilihan diksi, kosakata yang beragam, pendeskripsian yang mendetail terhadap seluk-beluk dan rutinitas di pondok didukung pemakaian alur campuran (maju-mundur-maju) serta kejelian penulis yang berbekal pengamalannya berkecimpung di dunia jurnalistik sekaligus pengalaman pribadinya menuntut ilmu di Pondok Modern Gontor menjadikan novel ini layak dibaca siapapun yang ingin melakukan perubahan bagi dirinya, lingkungan, dan bangsanya.
Mutiara Tokoh
Kekuatan dari novel ini juga terlihat dari pemaparan karakter seluruh tokohnya yang dicitrakan dengan kuat sehingga tokohnya dapat dijadikan panutan tersendiri. Tokoh dalam novel ini yang berpendar bagaikan mutiara antara lain:
1. Kyai Rais
Figur seorang pemimpin yang mampu mengobarkan semangat berkat nasehat-nasehat penuh hikmah. Mengajarkan ilmu dengan penuh ketulusan dan keikhlasan, karena jika ingin menggegam hati orang lain maka masukilah hatinya. Disitulah tempat ilmu bersarang dan menyinari kalbu pemiliknya. Tak salah gelar yang disematkan padanya “mata air ilmu”. Mengalir terus.
2. Amak
Ibunda Alif sosok yang idealis menegakkan kebenaran sekalipun dihujat bahkan dikucilkan banyak orang selama apa yang diperjuangkannya itu sesuai dengan prinsip dan tuntunan yang dianutnya yakni Al Quran dan As-sunnah. Sosok yang berkeinginan mempersembahkan seorang anak yang terbaik demi kepentingan agama. Ia sangat yakin ini tugas yang sangat mulia untuk akhirat. Tak ayal ridho ibu yang merupakan penguasa masuk pintu surga disematkan pada ibu satu ini. Memang benar pepatah yang berbunyi “ Di belakang tokoh mulia, pasti ada wanita yang mulia.”
3. Baso
Sejak dilahirkan, Ia telah menjadi yatim piatu. Ia tinggal dan dibesarkan neneknya. Berbekal beasiswa yang diterima dari daerahnya, Ia melanjutkan sekolah di Pondok Madani dan bertemu dengan Sahibul Menara lainnya. Menara 6 dari Gowa. Sosok yang dijuluki photographic memory berkat keahliannya menghafalkan sesuatu dengan sangat cepat dan tepat bertekad bulat menghafal seluruh ayat Al Quran. Ujian datang menyapa hidupnya, Ia memutuskan keluar dari PM sebelum ujian akhir berlangsung demi bakti kepada neneknya. Namun, Allah Maha Adil yang tak pernah menyia-nyiakan kebaikan hambaNYA. Pengorbanannya berbuah kemuliaan di dunia dan akhirat. Ia berhasil menghafal AL Quran 30 juz dan memperoleh beasiswa kuliah di Al Azhar Kairo sesuai dengan awan impiannya.
Mutiara Hikmah
“Menuntut ilmu hanya karena Allah semata. Karena itulah kalian tidak akan kami beri ijazah, tidak akan kami beri ikan, tapi akan mendapat ilmu dan kail. Kami, para ustad, ikhlas mendidik kalian dan kalian ikhlaskan pula niat untuk mau dididik.”
“ Man shabara zhafira. Siapa yang bersabar akan beruntung. Jangan risaukan penderitaan hari ini, jalani saja dan lihatlah apa yang akan terjadi di depan. Karena yang kita tuju bukan sekarang, tapi ada yang lebih besar dan prinsipil, yaitu menjadi manusia yang telah menemukan misinya dalam hidup.”
“ Jangan berharap dunia yang berubah, tapi diri kita lah yang harus berubah. Kalau kalian mau sesuatu dan ingin menjadi sesuatu, jangan hanya bermimpi dan berdoa, tapi berbuatlah, berubahlah, lakukan saat ini. Sekarang juga!”
“ Kalau ingin sukses dan berprestasi dalam bidang apapun, maka lakukanlah dengan prinsip “saajtahidu fauqa mustawa al-akhar”. Bahwa aku akan berjuang dengan usaha di atas rata-rata yang dilakukan orang lain. Selama kita berusaha dan bekerja keras di atas orang kebanyakan, maka otomatis kita akan menjadi juara.”
***
Kirim ke Fajar, 24 Juni 2010 dimuat Di Rubrik Budaya Kolom Apresiasi di Fajar Minggu, 27 Juni 2010
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar