Halaman

Jumat, 22 Oktober 2010



Bilakah CINTA....


Bilakah CINTA menyapa...

Aku tak ingin menatap sorot matanya...

karena ku tahu...

di balik sorot itu aku kan terjebak..

dengan sorot mata sok mengiba...

hiasan setan.



Bilakah CINTA melambai...

Aku tak ingin berinteraksi intens dengannya...

karena ku tahu...

di setiap interaksi itu...

akan terselip hal-hal tak penting...

godaan setan...



Bilakah CINTA memanggil...

Aku tak ingin menulusuri jejaknya...

karena ku tahu...

selangkah menuju padanya

sekawanan setan akan mendorongku...

menjerumuskanku...



Bilakah CINTA menjemput...

Aku ingin...

Cinta karena ALLAH...

Cinta atas Ridho ALLAH...

Cinta yang dipilihkan ALLAH...



Amin ya Rabbal'alamin...

Allahu Akbar!!!!

Sabtu, 24 Juli 2010


Kuajak alam merenung tentangmu..
Bagikan
20 Juli 2010 jam 23:38

Kupandangi langit gelap nan pekat,mencari senyummu,namun langit malah mewakilkannya pada bulan sabit melengkung indah persis senyummu,,

kualihkan pandangku pd hamparan bintang,kutanya padanya,di mana kau skrg? Dgn pendar cahaya, ia menuntunku tuk menemukanmu..

Tapi,aku tak kunjung menemukanmu, hanya ombak,pasir,dan surya menjemputku..

Hm... Rupanya kau ingin menghadiahiku kejutan,kau terlalu betah bersembunyi..

Aku iri pada ombak, yg selamanya kan jd ikon keharmonisan..

Akupun iri pada pasir yang tak pernah sendiri..

Aku juga bahkan aku sangat iri pada surya yg tak pernah terpisah dgan siang..

Tak seperti aku dan kamu terpisah entah sampai kapan,,,

Kulengkungkan senyum terindah dari bibirQ.,,
aku tau sekarang,masih ada hujan, ya! Qt bth hujan yg kan mempersatukan kita.. Karena Di balik hujan itulah dunia qt..
Dunia dipenuhi warna celupan Ilahi nan suci..

Ya! Apalah arti perpisahan semu yg kan bermuara kebahagian hakiki dariNYA..

Untukmu: pelangi hatiku yg kucintai karena ALLAH..

Pendar Mutiara di Negeri 5 Menara
Oleh : Ayu Indayanti Ismail*
MEMBACA novel “ Negeri 5 Menara “ membuatku terasa membuka sekumpulan kenangan indah dan penuh makna selama menimba ilmu di Pondok Pesantren Darul Ulum Jombang Jawa timur yang tak jauh beda dialami keenam “menara” yang merupakan tokoh utama novel ini. Bagaimana kita harus mampu menemukan hikmah yang seringkali terkaburkan karena prasangka berlebihan melahirkan keterasingan dan keterpaksaan “sesaat” yang justru timbul karena ketidaktahuan melingkupi diri.
Itu jugalah kiranya yang dialami penulis, Ahmad Fuadi, selama meracik untaian kata, deretan kalimat menjadi sekumpulan kisah inspiratif penggugah jiwa, pembangkit semangat untuk berani bermimpi, melejitkan potensi, mengukir prestasi dalam rengkuhan ke-Maha Rahman dan Rahiim-MU ya Allah.
Mutiara Sastra
Gaya bercerita yang mengalir apa adanya mampu mengubah serangkaian kisah yang sebenarnya biasa menjadi dramatis sekaligus mengundang gelak tawa sehingga mampu memberikan kesan dan pesan mendalam bagi pembaca dengan tetap memperhatikan pemilihan diksi, kosakata yang beragam, pendeskripsian yang mendetail terhadap seluk-beluk dan rutinitas di pondok didukung pemakaian alur campuran (maju-mundur-maju) serta kejelian penulis yang berbekal pengamalannya berkecimpung di dunia jurnalistik sekaligus pengalaman pribadinya menuntut ilmu di Pondok Modern Gontor menjadikan novel ini layak dibaca siapapun yang ingin melakukan perubahan bagi dirinya, lingkungan, dan bangsanya.
Mutiara Tokoh
Kekuatan dari novel ini juga terlihat dari pemaparan karakter seluruh tokohnya yang dicitrakan dengan kuat sehingga tokohnya dapat dijadikan panutan tersendiri. Tokoh dalam novel ini yang berpendar bagaikan mutiara antara lain:
1. Kyai Rais
Figur seorang pemimpin yang mampu mengobarkan semangat berkat nasehat-nasehat penuh hikmah. Mengajarkan ilmu dengan penuh ketulusan dan keikhlasan, karena jika ingin menggegam hati orang lain maka masukilah hatinya. Disitulah tempat ilmu bersarang dan menyinari kalbu pemiliknya. Tak salah gelar yang disematkan padanya “mata air ilmu”. Mengalir terus.
2. Amak
Ibunda Alif sosok yang idealis menegakkan kebenaran sekalipun dihujat bahkan dikucilkan banyak orang selama apa yang diperjuangkannya itu sesuai dengan prinsip dan tuntunan yang dianutnya yakni Al Quran dan As-sunnah. Sosok yang berkeinginan mempersembahkan seorang anak yang terbaik demi kepentingan agama. Ia sangat yakin ini tugas yang sangat mulia untuk akhirat. Tak ayal ridho ibu yang merupakan penguasa masuk pintu surga disematkan pada ibu satu ini. Memang benar pepatah yang berbunyi “ Di belakang tokoh mulia, pasti ada wanita yang mulia.”
3. Baso
Sejak dilahirkan, Ia telah menjadi yatim piatu. Ia tinggal dan dibesarkan neneknya. Berbekal beasiswa yang diterima dari daerahnya, Ia melanjutkan sekolah di Pondok Madani dan bertemu dengan Sahibul Menara lainnya. Menara 6 dari Gowa. Sosok yang dijuluki photographic memory berkat keahliannya menghafalkan sesuatu dengan sangat cepat dan tepat bertekad bulat menghafal seluruh ayat Al Quran. Ujian datang menyapa hidupnya, Ia memutuskan keluar dari PM sebelum ujian akhir berlangsung demi bakti kepada neneknya. Namun, Allah Maha Adil yang tak pernah menyia-nyiakan kebaikan hambaNYA. Pengorbanannya berbuah kemuliaan di dunia dan akhirat. Ia berhasil menghafal AL Quran 30 juz dan memperoleh beasiswa kuliah di Al Azhar Kairo sesuai dengan awan impiannya.
Mutiara Hikmah
“Menuntut ilmu hanya karena Allah semata. Karena itulah kalian tidak akan kami beri ijazah, tidak akan kami beri ikan, tapi akan mendapat ilmu dan kail. Kami, para ustad, ikhlas mendidik kalian dan kalian ikhlaskan pula niat untuk mau dididik.”
“ Man shabara zhafira. Siapa yang bersabar akan beruntung. Jangan risaukan penderitaan hari ini, jalani saja dan lihatlah apa yang akan terjadi di depan. Karena yang kita tuju bukan sekarang, tapi ada yang lebih besar dan prinsipil, yaitu menjadi manusia yang telah menemukan misinya dalam hidup.”
“ Jangan berharap dunia yang berubah, tapi diri kita lah yang harus berubah. Kalau kalian mau sesuatu dan ingin menjadi sesuatu, jangan hanya bermimpi dan berdoa, tapi berbuatlah, berubahlah, lakukan saat ini. Sekarang juga!”
“ Kalau ingin sukses dan berprestasi dalam bidang apapun, maka lakukanlah dengan prinsip “saajtahidu fauqa mustawa al-akhar”. Bahwa aku akan berjuang dengan usaha di atas rata-rata yang dilakukan orang lain. Selama kita berusaha dan bekerja keras di atas orang kebanyakan, maka otomatis kita akan menjadi juara.”
***
Kirim ke Fajar, 24 Juni 2010 dimuat Di Rubrik Budaya Kolom Apresiasi di Fajar Minggu, 27 Juni 2010

Mem-BUMI-kan CINTA, Menggapai Ridho-Nya
Oleh: Ayu Indayanti Ismail
Menyelami racikan kata nan indah membentuk lautan makna yang berpendar bak mutiara seakan menjadi kekhasan tersendiri bagi seorang Habiburrahman El Shirazy dalam menghasilkan karya sastra khususnya novel. Salah satu karya terbarunya, Bumi Cinta, dinobatkan sebagai adikarya novelis nomor 1 Indonesia. Tak berlebihan memang, mengingat begitu banyak informasi serta pengetahuan baru sarat hikmah yang kami dapatkan setelah menamatkan novel tersebut.
Melalui mahakarya terbarunya ini, Kang Abik yang sudah terbiasa menggunakan latar dan setting luar negeri semisal Mesir pada kedua novel fenomenalnya Ayat Ayat Cinta dan Ketika Cinta Bertasbih, kini menyapa pembacanya dengan hal yang baru. Ia memilih menggambarkan Rusia dengan segala keindahan bangunan-bangunan megah nan melegenda yang begitu terjaga keasliannya, rute-rute Kota Moskwa, dan suasana indah nan menakjubkan saat musim dingin dan musim semi dideskripsikan begitu apik, gamblang, runtut, dan lengkap. Sehingga, pembaca seakan digiring secara langsung merasakan suasana dan kondisi yang dirasakan semua tokoh dalam novel tersebut.
Novel yang merupakan hasil tadabbur si penulis atas firman Allah dalam QS. Al Anfal 8: 45-47 yang berisi resep mujarab sekaligus kunci kemenangan orang-orang yang beriman, manakala menghadapi musuh yang berat. Mengisahkan seorang santri salaf, Muhammad Ayyas, yang tengah menyusun tesis tentang Kehidupan Umat Islam Rusia di Masa Pemerintahan Stalin mengharuskannya hidup di negeri paling menjunjung tinggi seks bebas dan pornografi. Negeri paling bebas sedunia yang sebagian penduduknya adalah penganut faham free sex radikal. Cobaan terberat yang ia rasakan berasal dari nonik-nonik muda Moskwa yang kecantikannya tiada tara belum lagi lingkungan yang sangat asing akan panji-panji Islam bahkan terkesan memberangus Islam itu sendiri. Muhammad Ayyas adalah senandung jiwa-jiwa yang senantiasa mengharapkan pertolongan dari Allah. Mengerahkan segala daya dan upayanya menghindarkan diri dari berbagai upaya licik setan berwujud manusia serta gaya hidup berselimut kesenangan duniawi semata yang pada akhirnya akan menjerumuskannya ke lembah kenistaan. Melalui karakter Muhammad Ayyas yang sadar dan paham betul tentang keimanannya yang bersifat fluktuatif, kita seakan disadarkan bahwa sangat diperlukan karakter yang kuat, yang tak mudah terpengaruh dengan keadaan lingkungan jika kita tetap ingin bertahan di daerah asing. Begitu banyak godaan tak terduga bahkan dirancang secara sempurna yang menghampiri.
Pesan penting dari novel ini memuat nilai-nilai humanis, yakni bagaimana kita harus bersikap “memanusiakan manusia”. Semua manusia di dunia ini pasti tak lepas dari salah dan khilaf. Nah disinilah sosok Ayyas memberi warna pada sekelilingnya. Dengan tips jitu Kang Abik membumikan cinta, ia meneladankan sikap yang harus kita perbuat pada sesama manusia. Ada konsep taubat yang harus diutamakan dalam bersikap. Dalam novel ini juga memuat nilai-nilai universal karena para tokoh sentralnya, Ayyas, Linor, dan Anastasia, berasal dari perbedaan keyakinan yang sangat mendasar pada pribadi masing-masing. Muhammad Ayyas yang penganut agama Islam, Anastasia Palazzo pemeluk Kristiani yang sangat konservatif, dan Linor Kurasov yang termasuk agen Mosad penganut Yahudi sejati dan sangat bangga atas gelar tersebut. Memberikan warna tersendiri bagaimana seharusnya kita bersikap menyikapi perbedaan tanpa melakukan pemaksaan kehendak. Sesuai firman-Nya, Tidak ada pemaksaan dalam menganut keyakinan yang haq.
Jadi, setiap detik dalam hidup kita haruslah menjadi sarana untuk memperbaiki diri. Teliti setiap langkah dan tidak tanduk kita dan adakan evaluasi untuk kemudian diperbaiki. Proses seperti ini tentunya tidak bisa diperoleh secara instan tetapi membutuhkan kesinambungan dan dilakukan setiap saat. Mari bersama kita jadikan Indonesia menjadi bumi cinta sebagai ladang mewakafkan diri berjuang menegakkan kalimat Allah untuk Indonesia yang lebih damai. Allahu Akbar.

Dimuat di Fajar,01 Agustus 2010

Kamis, 08 Juli 2010

Kau bukan untukku

Selasa pukul 21:26 | Sunting Catatan | Hapus

Aku merindukanmu..

Plis! Jangan katakan itu,krna tak sekalipun aku masuk dlm untaian doamu..

Aku sayang kamu..
Jangan katakan tu juga,karena tak sekalipun kudapati kau peka trhdp sgala kasihku padamu..

Aku mencintaimu..
Tak pantas kau ucapkan tu padaku, karena kau tlah lancang menduakanku...

Aku rela mati untukmu..
Cukup! Dusta seperti apa lg yg kau rangkai skrg? Karna tak sdkitpun kau tergerak menyembuhkan luka hatiku..

Dengan lantang dan penuh keyakinan,kau memang tak pantas untukku..
Renungan cinta

Selasa pukul 21:00

Ya allah ya tuhanku..
Bila kau takdirkan dia untukku
Menjadi teman arungi hidup ini
Satukan hatiku hatinya
Amanahkan bahagia
Kemesraan selamanya..
(star five: asaku asamu)

Ya! Beginilah harusnya sikap yg kuambil,ketika saat itu kan tiba,saat dimana kupercayakan hatiku padanya yg kan jd imamku kelak..
Imam yg kan mampu membimbing langkah ini ke jannahMU.. Dengan Mempercayakan smuanya pd skenario agung dariNYA..

Nasyid diatas menyadarkanku akan suatu hal yg tak pernah kusadari sblumnya..

Kebahagian yg notabene menjd hal terpenting dlm kehdpn ini, pun ternyata amanah dariNYA..
Yang pastinya pun akan dimintai pertanggungjawabannya kelak,,

Kebahagian seperti apa yg slalu kau gaungkan slama ini? Renungkanlah!

Senin, 28 Juni 2010


Pohon usiaku..
Friday, June 25, 2010 at 11:36pm

Mbak,jalok kado po'o, 2minggu maneh q wes pitulas lho,mama wae wes ngado,pean opo mbak??

Ye,lapo ate' kado,wong lek pngen ngekei kado gk usah pas ultah,doa kan yo kado sing pling mantap!!

Gak seru,aq iki wes pitulaz mb,sweet seventeen gt lho!
Remaja puoll..

Pitulaz? Smpeyan 17thn dek? Brarti aq? 20thn??
Hah?
Sontak dadaku berdetak kencang, nadiku berpacu dgn ritme kuat,pikiranku berkecamuk,perasaanku bergemuruh,dihadapanku terhampar slide-slide perjalanan hdupQ slama ini.. Mewujud dlm sbuah pohon yg sangat nyata..

Bermula goresan takdir drNYA, Ia menganugerahkan bibit plg unggul sejagat raya,Ia bntu aq menyemainya dgn "terpaan hujan n pupuk" penuh hikmah dan pendewasaan dariNYA hngga menjadi pohon rindang nan sejuk,
Namun???

Benarkah pohon tu betul2 rindang nan sejuk?
Benarkah akar "iman" menghujam kuat?
Benarkah batang "aqidah" terpancang kokoh?
Benarkah buah "akhlak" semerbak mewangi?

Tapi yang kudapati batangku penuh ulat membuatnya kian lapuk..
Daunnya meranggas riak..
Buahnya bonyok..

Sanggupkah ku pertanggungjawabkan sgla tindak tandukku slma menumpang di duniaMU ini ya Rabb?
Titi hamba menuju ridhoMU..