Kesandung Pesona Asdos
Oleh: Ayu Indayanti Ismail
Malam begitu sepi. Hanya desau angin serta seruan serangga-serangga malam menemani. Kulirik jam dinding yang bertengger kokoh di sudut kiri. Pukul 23:15. Kupicingkan mata, menatap lekat jam dinding itu, berharap aku salah lihat. Namun di saat yang sama, bibirku menganga, karena arah jarum jam itu tetap saja menunjuk angka itu. Batinku mendengus kesal. Tugas pendahuluan ini telah merampas waktu tidurku. Memaksaku tetap terjaga dan berkutat dengan mekanisme reaksi yang tidak begitu kupahami maksudnya. Memaksaku memelototi bahkan mengerutkan dahi memahami perpindahan elektron yang sungguh memusingkan. Belum lagi, sederetan istilah ilmiah yang lama kelamaan bagaikan kumpulan mantra dari planet lain. “Huh,,, benar-benar menyebalkan! Baru juga tugas pendahuluan sudah seribet ini, belum lagi harus mempersiapkan untuk respon”. Beberapa saat aku hanya terdiam. Berharap keajaiban terjadi dihadapanku sekarang. Berharap makalah dihadapanku tiba-tiba selesai. Lima menit berlalu. Namun, yang nampak olehku justru kumpulan pertanyaan itu semakin menampakkan seringainya, menantangku, bahkan memandangku dengan sangat angkuh lengkap dengan ekspresi meremehkan darinya. Diam-diam kumerutuki nasib. Mengapa harus aku yang berada di kelompok 3, kebagian percobaan Ikatan Kimia dan berada di bawah pengawasan asisten dosen yang tidak berperasaan seperti ini? Yang begitu gampangnya, tanpa merasa bersalah sedikit pun memberikan tugas pendahuluan yang bejibun dalam waktu hanya semalam?. “Huft…Oh my god help me please….!”
***
Pagi itu, dengan perasaan yang sangat gondok didukung kepala yang super duper pening serta mata yang masih sangat ingin terpejam kupaksakan kaki ini tetap melangkah. Kuputuskan memilih rute masuk Unhas melalui pintu satu. Berharap keteduhan pepohonan di sepanjang jalan yang akan aku lalui mampu mentrasfer energi positifnya padaku. Berharap kejernihan danau mampu menjadi buffer, menetralkan gemuruh di hatiku yang terus-menerus mendengungkan kebencian pada asisten dosen yang sangat arogan itu. Karena dialah, kumerasakan pagi yang penuh malapetaka ini.
***
“ Kayla,,, hari ini aneh banget deh, kenapa temen-temen gak bergerilya?” Tanyaku penasaran. Karena tidak biasanya kudapati teman-teman begitu santai padahal tugas pendahuluan ini sungguh memusingkan. Tidak mungkin, tidak ada keriuhan penyalinan tugas secara besar-besaran yang biasa kami sebut dengan istilah bergerilya.
“ Hallow, Dinda! Biasa aja kok! Kamunya aja yang datangnya telat. Kamu lupa yah, syarat utama melakukan gerilya datang satu jam sebelum praktikum dimulai.”
“ Ye,,, tapi kan aku datangnya gak telat-telat banget, kalo sesuai jadwal ni masih saat-saat gerilya kok. Praktikum 15 menit lagi, so masih ada 5 menit buat gerilya. ”
“ Tetep aja kamu telat banget, kamu gak tahu kan kalo ternyata tugas yang kita lihat kemarin tuh salah. Kak Aldi salah cantumin kode. Kakaknya juga dah minta maaf kok. Untung dia kiyut abis maka begitu mudahnya kubukakan pintu maaf padanya. Tapi sayang,nanti bukan dia yang jadi asdos kita.
“ Ya,,,intinya TP itu bukan buat kita. Jadi, hari ini kita merdeka. Tak ada gerilya!!!”
“ Apa? Salah? Dan dia Cuma bilang maaf?. Enak banget. Lihat aja aku bakal buat perhitungan sama dia.” Ucapku dalam hati. Cukup sudah, kebencian ini sudah mencapai klimaks. Telah kukorbankan pikiran, tenaga, serta perasaan yang hanya berbalas kata salah dan maaf? Enak aja!.
***
Hm…pikiranku tetap sibuk merancang rencana pembalasan pada asdos menyebalkan itu. Kak aldi,,,? Dari namanya aja dah sok kiyut banget,pasti orangnya juga gak kalah sok imutnya.
“ Hey, kamu yang pake ikat rambut biru, bisa bantu saya? ”
OMG… kiyut abissszz. Sosok Vic Zhou sekarang menjelma dengan sempurna di hadapanku. Mata dengan sejuta ketenangan. Senyum sekilas namun memberikan ratusan makna tak terlukiskan. Ucapan yang mengalun dengan lembut seakan berasal dari surga. Ya! Kumenemukan sosok yang selama ini tergambar jelas dalam ruang imajiku.
“ Hey...! “ ( sambil menjentikkan jari tepat di hadapanku sekarang )
“ Saya bisa bantu apa kak? “ jawabku disertai senyum termanis yang kumiliki.
“ Tolong kamu ambil bon alat di ruang sebelah, bisa kan? “
“ Bisa,,, bisa banget kak. “
Ya Tuhan. Kakiku serasa menapaki dunia berbeda. Dunia yang dipenuhi dawai biola yang menenangkan. Dunia yang berlatarkan padang rumput hijau serta langit biru penuh keanggunan. Tak ada lagi rasa sesal. Tak ada lagi kebencian. Semua berganti rasa syukur tak terhingga. Syukur terhadap garisan takdir dari-Nya. Terkhusus syukurku dipertemukan dengannya.
“ Makasih ya! “
“ Ok! Kita mulai percobaan kali ini, lakukan sesuai prosedur kerja yang ada. Tetap ingat safety kerja yang ada.”
Perpaduan sempurna. Postur tegak lengkap dengan aura kewibawaan. Tipe gue banget nih. Andai aku bisa kenal lebih dekat dengannya. Upps, namanya aja aku gak tahu, dasar payah! Tapi gak papa deh, apalah arti sebuah nama. Pokoknya, He is the most cutest in the world.
“ Dinda,,, Ya ampun tangan kamu kena H2SO4, bahaya tau,,,!”
“ Hah.. Aduh gimana dong? ”
“ Kak Aldiii.. tolong kak, tangan dinda ketumpahan H2SO4.”
“ Ambil tissue, lap tumpahan di tangan Dinda sampai kering langsung cuci dengan sunlight dan terakhir bilas dengan air. “
“ Din, tangan kamu akan mengalami sedikit iritasi, tapi kamu tenang aja langkah pencegahan yang tadi sangat membantu. ”
“ Kayla, kamu tolong beli susu buat Dinda.”
“ Hm… tidak perlu kak, bisa saya izin keluar bareng Kayla buat beli susu? “
“ Oh.. baiklah, tapi 5 menit aja ya! “
***
“ Dinda, kamu beruntung banget, Kak aldi tadi megang tangan kamu. Kayaknya dia khawatir banget deh. “
“ Kayla, tunggu. Itu Kak Aldi, asdos yang salah ngasih TP dan hanya bilang maaf? Bukannya kamu bilang dia gak bisa jadi asdos kita. “
“ Iya, dia emang Kak Aldi. Senior plus asdos terkiyut di Kimia. Allah memang Maha Mendengar, Allah ngabulin doaku biar Kak Aldi tetep jadi asdos kita ni hari. ”
Ya Tuhan, skenario apa lagi ini. Bisa-bisanya aku mengagumi orang yang beberapa jam lalu sangat aku benci. Apa yang harus kulakukan??
***
Tidak ada komentar:
Posting Komentar