Halaman

Senin, 28 Juni 2010


Pohon usiaku..
Friday, June 25, 2010 at 11:36pm

Mbak,jalok kado po'o, 2minggu maneh q wes pitulas lho,mama wae wes ngado,pean opo mbak??

Ye,lapo ate' kado,wong lek pngen ngekei kado gk usah pas ultah,doa kan yo kado sing pling mantap!!

Gak seru,aq iki wes pitulaz mb,sweet seventeen gt lho!
Remaja puoll..

Pitulaz? Smpeyan 17thn dek? Brarti aq? 20thn??
Hah?
Sontak dadaku berdetak kencang, nadiku berpacu dgn ritme kuat,pikiranku berkecamuk,perasaanku bergemuruh,dihadapanku terhampar slide-slide perjalanan hdupQ slama ini.. Mewujud dlm sbuah pohon yg sangat nyata..

Bermula goresan takdir drNYA, Ia menganugerahkan bibit plg unggul sejagat raya,Ia bntu aq menyemainya dgn "terpaan hujan n pupuk" penuh hikmah dan pendewasaan dariNYA hngga menjadi pohon rindang nan sejuk,
Namun???

Benarkah pohon tu betul2 rindang nan sejuk?
Benarkah akar "iman" menghujam kuat?
Benarkah batang "aqidah" terpancang kokoh?
Benarkah buah "akhlak" semerbak mewangi?

Tapi yang kudapati batangku penuh ulat membuatnya kian lapuk..
Daunnya meranggas riak..
Buahnya bonyok..

Sanggupkah ku pertanggungjawabkan sgla tindak tandukku slma menumpang di duniaMU ini ya Rabb?
Titi hamba menuju ridhoMU..

Kamis, 24 Juni 2010

Pasar Sentral Makassar
Oleh: Ayu Indayanti Ismail
Pagi yang menyenangkan. Itulah yang merajai pikiran dan perasaanku saat ini. Meringankan langkahku menyusuri deretan rumah yang hampir sejenis di kawasan perumahan NTI yang asri. Mengembangkan senyumku pada setiap orang yang kutemui. Sambil tak hentinya pikiranku melambungkan angan tentang semua hal indah yang kan kulalui. Langkah demi langkah yang pada hari biasa tak jarang kuiringi dengan gerutuan serta keluhan akan teriknya matahari yang menimpa kepalaku tanpa belas kasihan sedikitpun ditambah jarak 1 km yang harus kutempuh untuk mencapai jalan raya, pemberhentian pete-pete, bagi kebanyakan orang sangat melelahkan, hari ini tak ingin kurasakan. Aku sudah berikrar takkan kubiarkan seluruh faktor eksternal tersebut merusak suasana internal yang membahagiakanku sekarang. Sudah terancang dan tergambar dengan runtut rute ruko-ruko yang menjadi targetku sesuai dengan list belanja yang harus kupenuhi. Bahkan hiruk-pikuk transaksi tawar-menawar sudah menjelma di benakku. “Pokoknya semua barang yang kubeli harus kudapatkan dengan harga semiring mungkin.” tekadku membaja.
Kebahagiaanku semakin mendekati titik klimaksnya. Tampak di depanku sekarang jalan raya lengkap dengan tiga sekaligus pete-pete yang memperebutkan aku tuk jadi penumpangnya. Jadi ngerasa sedikit tersanjung juga nih, dinantikan sekaligus diperebutkan, sebab kutahu ketiga pete-pete ini sudah berhenti meskipun jarakku sebagai targetnya masih merupakan titik kecil yang hanya kalangan mereka si mata elang yang sangat piawai melakukannya dan dengan gentlenya mereka bersaing sehat menyerahkan sepenuhnya keputusan bagi penumpang menentukan pilihannya. Akhirnya, kujatuhkan pilihanku pada pete-pete yang ada di tengah, tentunya karena pertimbangan kenyamanan didukung penilaian sekilas terhadap garis wajah dari para supirnya. Dan kurasa pete-pete kedua inilah yang memenuhi segala kriteria itu.
Kupilih bangku kanan paling belakang. Tempat paling strategis. Bisa dijadikan sandaran sekaligus menikmati pemandangan kota Makassar dari balik kaca. Belum lagi lantunan musik yang sangat membahana dari tempat ini. Pete-pete lalu melaju dengan mantap, membelah lautan kendaraan yang bagiku nampak sebagai ajang pembuktian ketangkasan dan kepiawaian mengendarai kendaraan berroda empat berwarna biru ini. Angin seakan berlomba menerbangkan dan membumbungkan segenap asa dalam ranah pikiran para penumpang. Berlomba memberikan kesejukan serta sunggingan senyuman luapan kebahagiaan.
Pete-pete yang kutumpangi akhirnya memasuki area sentral. Pasar Sentral tepatnya. Yang merupakan rute terakhir jalur kendaraan ini sebelum kembali pada rute awalnya yakni Daya, makanya lebih dikenal sebagai pete-pete Daya. “Huft… akhirnya sampai juga.” Kurapatkan ransel yang ada di punggungku. Selangkah lagi semua yang kutargetkan dalam secarik kertas ini akan segera terpenuhi.
“ Apa mau kita beli, Dek?”
“ Kesinimi dulu, liat-liat saja tidak papaji Dek!”
“ Sinimie, barang baru ini semua!”
“ Apakah mau kita beli, Adek?”
Pertanyaan sejenis datang silih berganti dari berlainan penjual yang tak henti-hentinya mendengungkan hal yang sama pada setiap orang yang melalui emperan mereka. Membuatku bingung menentukan pilihan. Sedikit membuyarkan runtutan rute yang telah kupersiapkan. Baru kali ini kurasakan ketidaknyamanan berjalan sendirian, padahal biasanya berjalan-jalan seorang diri merupakan kesenangan tersendiri bagiku. Namun sekarang ada rasa bingung yang sangat melingkupi perasaanku. Tidak ada seseorang yang bisa kuajak berunding atau meminta pendapat menentukan pilihan toko yang harus kusinggahi. Bismillahirrahmanirrahim, kupilih toko yang penjualnya seorang ibu paru baya mengenakan songkok haji serta seorang gadis seumuran denganku. Kuharap ini benar-benar toko yang tepat.
“ Liat-liatmi saja dulu, Dek!”. Ujar penjaga toko yang menyambutku disertai senyuman menenangkan seakan dapat menetralkan kebimbanganku tadi.
Kumanfaatkan kesempatan itu. Kuedarkan pandangan mencari kemeja lengan panjang kotak-kotak berwarna biru sekaligus rok biru senada. Kupaskan ke badan kemeja yang sekiranya mendekati kriteria yang kuinginkan. Kusebutkan juga pada gadis tadi seperti apa kemeja yang kuingini. 15 menit berlalu dengan cepat. Belum kutemukan yang menjadi pencarianku. Padahal akibat keinginanku yang tak kunjung terpenuhi sekarang telah terhampar lautan baju yang tadi kucoba.
“ Ambilmi itu satu baju disitu.”
“ Heh, tidak ada yang cocok Ibu, mungkin saya carimi saja di tempat lain.”
“ Heh, apa maksunnu?, harus kau ambil itu satu baju sudah diambilkanmi, sudah kau bongkar-bongkarmi juga, masa tidak ada kau ambil? Enakmu..!”
“ Iye, saya ambilmi pale’ yang ini, berapaki kalo yang ini, Bu?”
“ Enam puluh ribu itu.”
“ Tiga puluh ribumi, bisa?”
“ Pasnya lima puluh ribu, tidak bisami itu kurang.”
“ Maaf Bu, 35 ribumi kalo kita mau saya bayarmi sekarang kalo tidak saya carimi saja di tempat lain.” Kudapati Ia hanya diam seakan mengacuhkanku.
“ Sembarangna inie, hebatmu matawar, kalau tidak adaji uangmu bilangmo saja, janganmo bergaya, tidak ada yang cocoklah, balle sekali! Capek-capekmiki kasih lihatko semua barangta tidak adaji nabeli. Kusumpahiko, nanti kalo adami yang mau lamarko natawar dengan harga sangat murahko juga.”
Kupejamkan mata. Berharap pendengaranku tidak berfungsi sesaat kali ini saja. Kuberanikan diriku untuk tetap melangkah. Berharap segera berlalu dari tempat yang tak kusangka akan memberikan sumpah serapah menorehkan luka mendalam dihatiku. Sirna seluruh gairah kebahagiaan yang kurasakan tadi. Berganti rasa miris, begitu mudahnya Ibu itu memberikan sumpah serapah. Tidak takutkah Ia bahwa doa yang buruk hanya akan kembali pada si pendoanya. ” Salahkah tindakanku tadi? Sebegitu menjengkelkankah sikapuku barusan?”.
“ Dek, apa kita cari?, Tidak mauki beli Al Qur’an terjemahan?” ujar seorang kakek membuyarkan lamunanku.
“ Iye,coba saya lihat Al Quranta’, Pak! Ada yang warna biru?”
“ Ho, ndak ada yang biru, Nak! Inimo yang warna merah marun!”
“ Berapa Pak?”
“ Langsungmi saja harga pasnya, 40ribu Nak!”
“ Iya, saya ambilmi yang ini Pak.”
“ Heh, kalo bisa Bapak kasih pesan, janganki terlalu cepat menilai sesuatu. Jangan hanya melihat satu sisi saja. Di dunia ini pasti segala hal memiliki dua sisi berbeda, disinilah tugas kita mencari hikmah di balik itu semua. Satu lagi, memberi maaf itu tidak mudah tapi mulia.”
Ungkapan kakek di hadapanku bagaikan embun menyejukkan yang membasahi jiwaku yang memang menjadi kering karena ada sisi yang merasakan sakit hati tak terperi bermuara pada dengungan kebencian disana. Kurekahkan senyum terbaikku untuknya. Kebahagiaan memang berpihak padaku hari ini.

Renungan Rinduku
Untukmu: Lelaki Bermata Bening
Entahlah…
Ya sudahlah…
Itu semua yang selalu terngiang dibenakku…
Berdengung silih berganti…
Bingung???
Ya,,, aku sangat bingung !!
Ada yang begitu mengganjal hati ini…
Sangat mengusik pikiran ini…
Ada yang hilang dan membentuk rongga menganga di hati..
Aku merasa, Ia akan meninggalkanku
Melepaskan genggaman tangannya dariku
Membuatku terpaku, membeku, termangu,
Tak ada lagi senyum itu,,,
Tak ada lagi dialog dengannya…
Sebenarnya, apa rasa yang kupautkan padanya???
Sepercik kagumkah?
Segenggam harapankah?
Sebatas impiankah?
Entahlah,, hanya aku dan DIA Yang Maha Tahu mengetahuinya
Ya sudahlah,,, biarkan semuanya terjawab dengan cara serta saat terindah dari-Nya.
Malam, 17 Juni 2010

Hm...
6 hri pascaprogresip, sbgai syarat jd warga kmfmipa UH, suatu hal yg q sukai yakni kostum kuning hitamnya, yg mnrutQ, kmi(maba fmipa 2009), jika dpt diumpamakan sbgai seekor lebah..
Lebah"an-nahl" mrpkn makhluk ALLAH (hewan) yg begitu bnyaj pmbelajaran dpt kita peroleh drinya,
kerjasama,pmbagian tugas,kdisiplinan,kepemimpinan, keperkasaan,kelembutan,serta hasil memuaskan dpt kt tiru dr lebah..

Hm...
So,bgiQ Filosofinya kakak senior menyuruh berkostum hitam-kuning,agar kmi smua jd kader berkelas"lebah"
amin...

Hm...
Skolah dmana? Klas brapa?..
Yg lbh ngaco'
smp dmana?
Yg lbh mencengangkan..
Mang ada SD apa dpn unhas,kok kamu turun sini sih??

Arrh..argh..
Itulah be2rapa pertanyaan n pernyataan penuh ke-SOK TAHU-an yg slalu mampir dikupingQ..
Jengkel..kikuk..kesel.. Jembek..mangkel..sedih..heran bercampur jd satu..
Ingin rasanya Q meneriakkan sekencang2nya,smpek slruh dunia tahu..
Aku dah MAHASISWI..
Plis.. Don't judge book from its cover..
Ya walwpn q thu tinggiQ mmg 143 cm n massaQ 38 gram.. Tp q dah mahasiswi yg mengmbg TRI DHARMA PT yaitu: pendidkn,penelitian n pengabdian...

Tp,smkin dipikir2, banyak keuntngan memiliki tubuh mungil spertiQ..
Ongkos pete2 murah,slalu disediain t4 didpn,mudah dikenali,lbh baby face,gk ngerepotin, hemat oksigen,gk prlu khawatir jd gndut biarpun bnyk makan,ngegdmesin,etc..
Krna bnyak alasan itulah,akhirnya q sadar,apapun yg dikaruniain ALLAH is well design 4 me..
Karunia itulah yg kn membwa sgala kmdahn n kenikmtan didunia n akhirat..
Thanks god..

Kisah Kasih Kasidah
Hm..
Mungkin ksah kali ni, bsa dblang tragedi?? Hm..Terlalv ekstrim deh kyaknya..
Penindasan,yup tu yg plg pas,tp ni 'penindasan' yg berbeda..

Anakku yg manis2 n lucu2,kalian duduk yg manis y,abi mw buatkan kue yg plg enak,,asli buatan abi..

Waw,bnar nie bi,gak perlu dibntuin,ucapQ..

Tdak perlu dunk,serahkan smuax sama abi,kalian belum tau siapa abi sebenarx..

Pasti enakkan bi? Ucap dek marwah..

Pastix,kan dlu abi anak rantau yg plg jago masak..

Jdilah abi bereksperimen dgn kasidah,kue yg terbuat dr tepung n santan,rasanya manis n lembut dimulut saat dikonsumsi...
1 jam berlalu..
Taraapp.. Kasidahnya dah jadi.. Ucap abi antusias..

Waw,enak nie.. Jawab kami serempak..

Kak ichal,lalu mengambil 1sdm penuh..
Jleg..,rasa aneh menghampiri tnggorokannya..
Mauka juga,ucap dek syarif,hmm..Beberapa saat kemudian muncul seringai aneh diwajahnya..
Nyam..Dek marwah tak mw ketinggalan,kok...
Komentarnya..
Tiba gliranQ mencoba..
Hup..Hehe,q hny bsa tersenyum..

Gmana rasanya? Tny abi...
Knapa bgni rasanya?? Serempak kami menjawab..
Ah..Enak kok,coba lg deh.. Bujuk abi..
Kamipun mengulangi prosesi tdi tp dgn porsi seadanya..
Karna menangkap gelagat buruk dr kami semua,abipun mengeluarkan ultimatum..
Pkokx abi gak mw tau,kalian harus menghabiskan smua kasidah yg sdah abi buat,kalau tdak.,

kenapa bi? Tnya kami kompak..

Uang jajan kalian,abi potong..

Hah? Dengan secepat kilat kami langsung menghabiskan kasidah yg ada tanpa memedulikan 'rasa' aneh yg menganggu tenggorokan..

Well,tu sekelumit kenangan ttg abi, abi yg ingin menunjukkan kasih sayangnya secara maksimal,abi yg selalu optimis,abi yg begitu disegani n abi yg tegas..
Miss u so much bi...!
Di atas pete2 jurusan daya-sentral yg melaju kencang,pikiranQ menerawang,tersedot pusaran waktu ke 'masa-masa' itu.,yup tepatnya ktika q berseragam putih abu-abu(05-08)..

Bgaimana kbrmu nak??Sehat kan?? Uang yg abi kirim ckup kan??

Dsna,dek ayu rajin baca buku kan?? Saran abi,baca buku apa aj,kalo perlu abi akan anggarkan khusus uang bwt beli buku,gmana??

Uang yg abi kirim cukupkan bwt beli susu n ingat madunya diminum,biar ananda gk gampang sakit...

Ya...itulah cara abi nunjukkin rasa sayang n perhatian yg bgtu besar bwtQ saat mondok dlu,abi dgn begitu mudahnya memberikan sgala fasilitas demi menunjang pendidikanQ.. Malah tuk hal yg krg pentingpun abi slalu membelikanx untukQ..
Q ingat begitu gampangx q menghabiskan uang kriman abi tuk membeli mp4 yg ternyata tdk begitu menunjang pendidikanQ...
Nah skrg,tuk membeli fd yg pasti sgt dibthkan,begitu sulit rasanya,,
tpi ni smua bkn tuk menyesali diri namun lbh kpada pendewasaan diri,betapa smuanya tak ada yg abadi,betapa kekuasaan n rencana Allah begitu agung n penuh misteri namun kan memberi kebahagiaan yg haqiqi bg hambaNYA yg mampu mentadaburi smua kejadian yg tlah lalu...
Luv u bee...

Rek..Malas bgt nang kelas,nang TU yok?? AjakQ ke karin,aulia,mala dan rahayu...

Lapo nang TU...? Tnya aulia...

Ya,golek tugas skalian ngecek keadaan... JwabQ penuh maksud tertentu..

Yuk...Ya.. Yuk...
Seru kami(KARMA) kompak...

Dengan diiringi canda tawa,kamipun menuruni tangga,,
ketika menelusuri 'koridor cinta' kamipun bergaya bak para model yg sdg pemotretan,karna saking asyiknya bergaya kami tdak melihat klo pak sum n pak muthohar ada di pos satpam sambil mengacungkan tangan n membelalakkan mata...

Waw... Insting kami langsung mencerna.. Pasti ada hal yg gak beres nie...
Ups.. Ni kan diluar jam berkeliaran...
Lari...
Hanya kata itu yg mampu terucap,,
tanpa pikir panjang kami mengambl langkah seribu...

Merasa aman bersembunyi di ruang wakasek,kamipun menghembuskn napas terengah-engah sambil tersenyum..

Belum sampai hembusan yg ke-7 muncul sosok pak muthohar membawa sapu..

"wes dikandani,gak oleh metu,pancet ae.."
masuk... Masuk...

Lari...
Yup... T4 yg plg aman tuk bersembunyi...
Kamar mandi cewek...
Tanpa buang waktu,kami langsung pasang kecepatan 2 m/s..

Ternyata,jiwa muda pak muthohar masih berkobar,dgn mudahnya beliau menemukan kami,

"Ayo,masuk kelas gak,tak jewer lho..!"

"nyerah pak,kita ngaku salah.,nyuwun ngapunten nggeh pak!"

Rek,kalian masih inget kan ma peristiwa tu?? Jdi kangen ma pak muth...

Jumat, 18 Juni 2010

Kesandung Pesona Asdos

Oleh: Ayu Indayanti Ismail

Malam begitu sepi. Hanya desau angin serta seruan serangga-serangga malam menemani. Kulirik jam dinding yang bertengger kokoh di sudut kiri. Pukul 23:15. Kupicingkan mata, menatap lekat jam dinding itu, berharap aku salah lihat. Namun di saat yang sama, bibirku menganga, karena arah jarum jam itu tetap saja menunjuk angka itu. Batinku mendengus kesal. Tugas pendahuluan ini telah merampas waktu tidurku. Memaksaku tetap terjaga dan berkutat dengan mekanisme reaksi yang tidak begitu kupahami maksudnya. Memaksaku memelototi bahkan mengerutkan dahi memahami perpindahan elektron yang sungguh memusingkan. Belum lagi, sederetan istilah ilmiah yang lama kelamaan bagaikan kumpulan mantra dari planet lain. “Huh,,, benar-benar menyebalkan! Baru juga tugas pendahuluan sudah seribet ini, belum lagi harus mempersiapkan untuk respon”. Beberapa saat aku hanya terdiam. Berharap keajaiban terjadi dihadapanku sekarang. Berharap makalah dihadapanku tiba-tiba selesai. Lima menit berlalu. Namun, yang nampak olehku justru kumpulan pertanyaan itu semakin menampakkan seringainya, menantangku, bahkan memandangku dengan sangat angkuh lengkap dengan ekspresi meremehkan darinya. Diam-diam kumerutuki nasib. Mengapa harus aku yang berada di kelompok 3, kebagian percobaan Ikatan Kimia dan berada di bawah pengawasan asisten dosen yang tidak berperasaan seperti ini? Yang begitu gampangnya, tanpa merasa bersalah sedikit pun memberikan tugas pendahuluan yang bejibun dalam waktu hanya semalam?. “Huft…Oh my god help me please….!”

***

Pagi itu, dengan perasaan yang sangat gondok didukung kepala yang super duper pening serta mata yang masih sangat ingin terpejam kupaksakan kaki ini tetap melangkah. Kuputuskan memilih rute masuk Unhas melalui pintu satu. Berharap keteduhan pepohonan di sepanjang jalan yang akan aku lalui mampu mentrasfer energi positifnya padaku. Berharap kejernihan danau mampu menjadi buffer, menetralkan gemuruh di hatiku yang terus-menerus mendengungkan kebencian pada asisten dosen yang sangat arogan itu. Karena dialah, kumerasakan pagi yang penuh malapetaka ini.

***

“ Kayla,,, hari ini aneh banget deh, kenapa temen-temen gak bergerilya?” Tanyaku penasaran. Karena tidak biasanya kudapati teman-teman begitu santai padahal tugas pendahuluan ini sungguh memusingkan. Tidak mungkin, tidak ada keriuhan penyalinan tugas secara besar-besaran yang biasa kami sebut dengan istilah bergerilya.

“ Hallow, Dinda! Biasa aja kok! Kamunya aja yang datangnya telat. Kamu lupa yah, syarat utama melakukan gerilya datang satu jam sebelum praktikum dimulai.”

“ Ye,,, tapi kan aku datangnya gak telat-telat banget, kalo sesuai jadwal ni masih saat-saat gerilya kok. Praktikum 15 menit lagi, so masih ada 5 menit buat gerilya. ”

“ Tetep aja kamu telat banget, kamu gak tahu kan kalo ternyata tugas yang kita lihat kemarin tuh salah. Kak Aldi salah cantumin kode. Kakaknya juga dah minta maaf kok. Untung dia kiyut abis maka begitu mudahnya kubukakan pintu maaf padanya. Tapi sayang,nanti bukan dia yang jadi asdos kita.

“ Ya,,,intinya TP itu bukan buat kita. Jadi, hari ini kita merdeka. Tak ada gerilya!!!”

“ Apa? Salah? Dan dia Cuma bilang maaf?. Enak banget. Lihat aja aku bakal buat perhitungan sama dia.” Ucapku dalam hati. Cukup sudah, kebencian ini sudah mencapai klimaks. Telah kukorbankan pikiran, tenaga, serta perasaan yang hanya berbalas kata salah dan maaf? Enak aja!.

***

Hm…pikiranku tetap sibuk merancang rencana pembalasan pada asdos menyebalkan itu. Kak aldi,,,? Dari namanya aja dah sok kiyut banget,pasti orangnya juga gak kalah sok imutnya.

“ Hey, kamu yang pake ikat rambut biru, bisa bantu saya? ”

OMG… kiyut abissszz. Sosok Vic Zhou sekarang menjelma dengan sempurna di hadapanku. Mata dengan sejuta ketenangan. Senyum sekilas namun memberikan ratusan makna tak terlukiskan. Ucapan yang mengalun dengan lembut seakan berasal dari surga. Ya! Kumenemukan sosok yang selama ini tergambar jelas dalam ruang imajiku.

“ Hey...! “ ( sambil menjentikkan jari tepat di hadapanku sekarang )

“ Saya bisa bantu apa kak? “ jawabku disertai senyum termanis yang kumiliki.

“ Tolong kamu ambil bon alat di ruang sebelah, bisa kan? “

“ Bisa,,, bisa banget kak. “

Ya Tuhan. Kakiku serasa menapaki dunia berbeda. Dunia yang dipenuhi dawai biola yang menenangkan. Dunia yang berlatarkan padang rumput hijau serta langit biru penuh keanggunan. Tak ada lagi rasa sesal. Tak ada lagi kebencian. Semua berganti rasa syukur tak terhingga. Syukur terhadap garisan takdir dari-Nya. Terkhusus syukurku dipertemukan dengannya.

“ Makasih ya! “

“ Ok! Kita mulai percobaan kali ini, lakukan sesuai prosedur kerja yang ada. Tetap ingat safety kerja yang ada.”

Perpaduan sempurna. Postur tegak lengkap dengan aura kewibawaan. Tipe gue banget nih. Andai aku bisa kenal lebih dekat dengannya. Upps, namanya aja aku gak tahu, dasar payah! Tapi gak papa deh, apalah arti sebuah nama. Pokoknya, He is the most cutest in the world.

“ Dinda,,, Ya ampun tangan kamu kena H2SO4, bahaya tau,,,!”

“ Hah.. Aduh gimana dong? ”

“ Kak Aldiii.. tolong kak, tangan dinda ketumpahan H2SO4.”

“ Ambil tissue, lap tumpahan di tangan Dinda sampai kering langsung cuci dengan sunlight dan terakhir bilas dengan air. “

“ Din, tangan kamu akan mengalami sedikit iritasi, tapi kamu tenang aja langkah pencegahan yang tadi sangat membantu. ”

“ Kayla, kamu tolong beli susu buat Dinda.”

“ Hm… tidak perlu kak, bisa saya izin keluar bareng Kayla buat beli susu? “

“ Oh.. baiklah, tapi 5 menit aja ya! “

***

“ Dinda, kamu beruntung banget, Kak aldi tadi megang tangan kamu. Kayaknya dia khawatir banget deh. “

“ Kayla, tunggu. Itu Kak Aldi, asdos yang salah ngasih TP dan hanya bilang maaf? Bukannya kamu bilang dia gak bisa jadi asdos kita. “

“ Iya, dia emang Kak Aldi. Senior plus asdos terkiyut di Kimia. Allah memang Maha Mendengar, Allah ngabulin doaku biar Kak Aldi tetep jadi asdos kita ni hari. ”

Ya Tuhan, skenario apa lagi ini. Bisa-bisanya aku mengagumi orang yang beberapa jam lalu sangat aku benci. Apa yang harus kulakukan??

***